Sejarah dan Definisi Sofa, Mau Service Sofa? Alam Sofa Saja!
Dari sekian banyak perabotan yang dipakai sebagai pelengkap interior rumah, sofa biasanya merupakan salah satu item yang membetot perhatian. Terutama bagi “nyonya” rumah ataupun bagi si “Tuan” rumah. Urusan model, pemilihan warna, bahan serta harga biasanya akan melalui proses yang sangat panjang.
Banyak pertimbangan dan banyak juga yang diinginkan. Itu karena sofa menjadi barang yang special dan dianggap mewakili citra si pemilik rumah ketika ada tamu yang berkunjung.
Sofa memang identik dengan kenyamanan. Furniture yang satu ini selain ditempatkan diruang tamu, bisa juga digunakan untuk aktifitas duduk yang lebih santai. Secara definisi, sofa merupakan tempat duduk yang memiliki sandaran tangan dan punggung dengan seluruh sisi dilapisi busa serta bahan pembungkus.
Sebagai sebuah elemen mebel, sofa yang memiliki bentuk dan dimensi relatif besar dengan mudah menjadi pusat perhatian dari skema sebuah dekorasi ruang. Menyesuaikan fungsinya yang sangat variatif, sofa didesain dengan ragam bentuk, ukuran, material rangka dan bahan pelapis. Setiap aspek ini memberikan konsekuensi pada nilainya yang juga menjadi sangat beragam.
Secara fisik sofa umumnya terdiri dari tiga dudukan (three seaters), dua dudukan (two seaters)-lazim disebut dengan istilah love seats, dan satu dudukan (one seater). Faktor kekuatan mengandalkan konstruksi rangka kayu yang berkualitas, busa dan per berfungsi membentuk sandaran dan dudukan-keseluruhannya mengambil bagian dari keindahan desain dan kenyamanannya.
Sofa berasal dari bahasa Arab: soffah, sementara dalam bahasa Inggris disebut couch, atau dalam bahasa Perancis: coucher, dan bahasa Turkinya divan. Sejak dulu sofa menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas manusia.
Bagi bangsa Mesir dan Yunani kuno, sofa menjadi status simbol-mengamati sofa yang digunakan Tutankhamen, tinggi sofa menjadi ukuran yang menentukan status simbol pemiliknya.
Jika merunut sejarah, sofa sudah dikenal sejak zaman Romawi. Fungsinya pun hingga kini tidak jauh bergeser. Hanya saja, jika dulu sofa lebih dimonopoli oleh kaum bangsawan tapi kini hampir semua masyarakat dari berbagai kalangan sudah mampu memilikinya.
Menarik perhatian adalah John Collier (1850-1934) dalam lukisannya The Death of Cleopatra yang memberikan ilustrasi sofa pada zaman itu yang mengadopsi anatomi tubuh binatang dan melayani fungsi yang sangat unik, yaitu sebagai tempat membaringkan mayat. Adapun masyarakat Yunani kuno menggunakan sofa sebagai bagian dari meja makan dan tempat berbaring pada siang hari.
Sofa yang diproduksi sebelum abad 16 banyak dihiasi kaki-kaki kayu yang diukir indah. Sementara Eropa mulai dipengaruhi China, ini menumbuhkan desain yang disebut Chinoisiere. Pada abad berikutnya ukiran kayu tampil semakin mendetail, ditunjang bahan pembungkus yang juga makin bervariasi.
Munculnya penemuan baru di Eropa juga memengaruhi desain sofa. Di satu sisi ukiran semakin terelaborasi, di sisi lain karakter industri mulai berkembang. Dampak zaman modern mengantar penemuan material dan bahan kayu yang menjadikan sofa semakin terjangkau masyarakat umum. Konsekuensinya, citra sofa sebagai status simbol bergerak menjadi mebel milik umum.
Kenyataan ini membuat para desainer, seperti Le Corbusier, Mies van der Rohe, dan Marcel Breuer, masa itu melahirkan desain sofa yang menerjemahkannya dengan nilai estetika tinggi melalui perpaduan bahan galian industri: metal dengan bahan alami kulit.
Sejak awal abad 17 sofa dengan bahan pembungkusnya telah menjadi pelengkap mebel di rumah hunian. Sekarang sofa ditemukan hampir di setiap hunian. Sofa yang umumnya tampil dengan bantalan lengan menjadi tempat duduk untuk melepaskan kepenatan, menunggu, membaca, dan berkomunikasi. Sofa nyaris bisa digunakan hampir di setiap ruangan.
Di ruang tamu, bagi pemilik rumah yang ingin berhadapan dengan tamu dalam suasana formal dapat memilih bentuk sofa yang juga berbentuk formal. Di sini bahan pembungkusnya cenderung mengarah kepada kulit atau kain tanpa corak maupun bercorak geometris.
Bagi pemilik rumah yang ingin memberi suasana “welcome” dapat memilih bentuk sofa yang lebih luwes, dengan pilihan kain pelapis dan warna lebih bervariasi.